Senin, 20 Januari 2014

Proposal Penelitian : Pengaruh Kebijakan Sekolah Gratis Terhadap Prestasi Belajar Dengan Mengontrol Kemampuan Awal Siswa

PROPOSAL PENELITIAN TENTANG PENDIDIKAN

JUDUL PENELITIAN  : PENGARUH KEBIJAKAN SEKOLAH GRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGONTROL KEMAMPUAN AWAL SISWA.


KATA PENGANTAR



Pendidikan merupakan faktor penentu dalam kemajuan sebuah bangsa, oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa negara yang maju dipastikan sangat memperhatikan pendidikan di negaranya. Hal ini terlihat dari negara-negara maju seperti Jepang, Amerika, China yang selalu memperhatikan tingkat pendidikan warganya.

Di Indonesia, usaha memperhatikan pendidikan sudah dilaksanakan, pemerintah mulai secara signifikan menggalakkan program wajib belajar kepada warga Indonesia. Hal ini didukung dengan pemberlakuan kebijakan Sekolah Gratis. Dengan sekolah gratis ini diharapkan seluruh rakyat Indonesia memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk belajar, sehingga dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Akan tetapi, kebijakan ini perlu diperhatikan pelaksanaannya, karena sangat dimungkinkan kebijakan sekolah gratis justru menjadi batu sandungan bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia.

Untuk itulah penelitian ini diarahkan untuk melihat lebih jauh seberapa jauh dampak pelaksanaan kebijakan Sekolah Gratis terhadap prestasi belajar siswa dengan mengontrol kemampuan awalnya. Diharapkan, melalui penelitian ini dapat dihasilkan temuan-temuan yang bisa digunakan dalam pengambilan keputusan lanjutan, tentunya saja seluruhnya digunakan kembali untuk kemashalatan bangsa.

Bravo Pendidikan Indonesia.



Tim Peneliti 


A.    PENDAHULUAN


1.    Latar Belakang 


Harold G. Shane dalam buku Arti Pendidikan Bagi Masa Depan, mengatakan :

“pendidikan secara potensial penting karena : (1) Pendidikan adalah satu cara yang mapan untuk memperkenalkan si siswa (learners) pada keputusan sosial yang timbul; (2) pendidikan dapat dipakai untuk menanggulangi masalah sosial tertentu; (3) pendidikan telah memperlihatkan kemampuan yang meningkat untuk menerima dan mengimplementasikan alternatif-alternatif baru; (4) pendidikan barangkali merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh masyarakat untuk membimbing perkembangan manusa sehingga pengamanan dari dalam berkembang pada setiap anak dan karena itu dia terdorong untuk memberikan kontribusi pada kebudayaan hari esok.” (Harold G. Shane, 2002, 39).

Berangkat dari apa yang diungkapkan oleh Shane, dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak bisa ditawar-tawar lagi, sehingga setiap warga negara Indonesia wajib mengenyam pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar, mutu sumber daya manusia Indonesia dapat bersaing dengan warga negara lain di dunia ini.

Indonesia, khususnya di wilayah Jakarta telah berusaha untuk mewujudkan agar seluruh warganya dapat mengenyam pendidikan dengan baik. Hal ini tercermin dari kebijakan sekolah gratis yang digulirkan oleh pemerintah. Tapi perlu dicermati, kebijakan sekolah gratis, bukan pendidikan gratis. Karena pendidikan tidak ada yang gratis, hanya saja dalam praktiknya biayanya dibebankan ke dalam anggaran pemerintah sehingga rakyat tidak perlu membayar apapun untuk biaya pendidikan.

Hal ini tentunya patut diapresiasi dengan baik, karena dengan demikian kesempatan mengenyam pendidikan tidak lagi hanya menjadi milik mereka yang memiliki kekayaan, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia. Dengan ini, maka setiap warga negara Indonesia, dari mulai keluarga pemulung, tunawisma hingga buruh bangunan berhak untuk memperoleh pendidikan di sekolah.

Hanya saja yang menjadi pertanyaan, benarkah sekolah gratis dapat memberikan proses pembelajaran yang optimal? Benarkah proses pembelajarannya disamakan dengan proses pembelajaran sebelumnya (saat masih membayar)? Dan masih banyak pertanyaan lainnya sehubungan dengan kebijakan sekolah gratis ini.

Penulis mencoba mencermati dari fakta empiris yang penulis alami. Jika penulis ingin membeli sebuah barang yang mungkin harganya cukup mahal, tentunya penulis berusaha menabung hingga akhirnya berhasil membeli barang tersebut. Dan jika telah memiliki barang tersebut, tentunya penulis akan mempergunakan dan menjaganya dengan baik, karena barang tersebut didapat dengan susah payah. Akan tetapi, jika penulis mendapatkan barang tersebut secara gratis, yang penulis alami adalah penulis hanya mempergunakannya dan jarang merawatnya dengan baik, karena penulis berpikir barang tersebut diperoleh tanpa perjuangan apapun.

Dari fakta di atas, penulis melihat ada kecenderungan rendahnya motivasi dan semangat belajar siswa. Sama seperti yang penulis alami, karena merasa gratis dan tidak harus berusaha, para siswa cenderung ogah-ogahan dalam belajar dan tidak memiliki semangat untuk maju dan berkembang. Para orang tua tidak memaksa anak-anaknya untuk belajar, karena berpikir jika anak mereka tidak naik kelas, tidak akan membayar apapun sampai selesai pendidikan.

Hal ini yang juga perlu menjadi perhatian pemerintah, sekolah gratis yang sudah berhasil membangkitkan minat rakyat untuk bersekolah, juga seharusnya dapat membangkitkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar dengan tekun dan memanfaatkan kesempatan yang ada dengan baik. Dalam hal ini pemerintah tentunya harus mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan sekolah gratis, sehingga kebijakan ini dapat menjadi sebuah program unggulan di Indonesia, khususnya di wilayah DKI Jakarta.

Prestasi belajar siswa dewasa ini.masih diukur dari sisi akademik, artinya seorang siswa dikatakan memiliki prestasi yang baik jika nilai-nilai mata pelajarannya baik. Padahal, dalam arti yang lebih luas prestasi belajar merupakan keseluruhan sinergi yang dimiliki oleh siswa setelah memperoleh pembelajaran dari sekolah. Sehingga prestasi seharusnya diartikan sebagai buah dari proses pembelajaran yang tercermin bukan saja dari hasil akademik tetapi juga dari keseluruhan aspek kehidupannya, seperti akhlak, sopan santun dan agama.

Prestasi ini tentunya dapat terlihat dari berbagai aspek dan kriteria. Dalam ilmu ekonomi dikatakan seseorang dikatakan berprestasi jika mereka memiliki ability (kemampuan), effort (perjuangan) dan chance (kesempatan). Seseorang tidak akan bisa dikatakan berprestasi jika salah satu elemen di atas hilang atau tidak dimiliki. Memiliki kemampuan tanpa perjuangan, tidak ada hasilnya. Memiliki kemampuan dan perjuangan tetapi tidak ada kesempatan juga tidak berhasil. Untuk itu, sudah seharusnya pendidikan memperhatikan hal ini, yaitu menempat kemampuan siswa serta memberikan semangat agar berjuang dan mengarahkan siswa agar mencari kesempatan atau bila perlu menciptakan kesempatan untuk berhasil.

Berbicara kemampuan dalam prestasi belajar, hal ini tentunya sangat dipengaruhi oleh kemampuan awal seseorang. Siswa yang memiliki kemampuan awal yang baik, biasanya memiliki kecenderungan untuk memiliki prestasi belajar yang baik. Kemampuan awal dimaksud diharapkan dapat menjadi bahan bakar yang dapat dipakai oleh siswa tersebut untuk belajar di tingkat yang lebih tinggi. Artinya, dengan kemampuan awal yang baik, siswa dapat mengikuti dan bahkan menguasai pelajaran-pelajaran sulit yang ia terima di tingkat berikutnya.

Kemampuan awal siswa, dalam hal ini kemampuan awal siswa SD yang akan masuk ke SMP tentunya merupakan perjuangan siswa tersebut selama mengikuti pelajaran di bangku SD. Kemampuan awal dan perjuangan tersebut yang akan digunakan untuk berjuang kembali di bangku SMP dan begitu seterusnya hingga ke bangku kuliah. Hal ini dilakukan tentunya untuk menemukan dan atau menciptakan kesempatan untuk berkarya.

Melihat latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang perbedaan prestasi belajar antara sebelum dan sesudah pelaksanaan kebijakan sekolah gratis, serta melihat apakah ada pengaruh kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar.


2.    Perumusan Masalah


1.    Adakah pengaruh kebijakan sekolah gratis terhadap prestasi belajar siswa dengan mengontrol kemampuan awal siswa?

2.    Apakah ada peningkatan prestasi belajar setelah pemberlakukan kebijakan sekolah gratis?


3.    Kontribusi Penelitian


Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk :

1.    Kontribusi Teoritis

Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan, dengan tema yang sama akan tetapi dengan metode dan teknik analisa yang lain, sehingga dapat dilakukan proses verifikasi demi kemajuan ilmu pengetahuan.

2.    Kontribusi Praktis

a.    Pemerintah, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk menentukan kebijakan yang berhubungan dengan pelaksanaan sekolah gratis, sehingga dapat dihasilkan siswa-siswa yang berprestasi dan berguna bagi kemajuan bangsa Indonesia.

b.    Kepala Sekolah, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk menentukan kebijakan baru dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memberikan arahan dan motivasi kepada seluruh siswa agar tekun belajar dan memiliki keyakinan bahwa dengan sekolah gratis dapat menghasilkan prestasi yang membanggakan.

c.    Guru, sebagai ujung tombak proses pembelajaran, dapat menggunakan hasil penelitian ini dengan mengakomodasi setiap kebutuhan siswa sehingga siswa lebih termotivasi dan memiliki semangat untuk belajar dan akhirnya dapat menghasilkan karya nyata bagi kemajuan bangsa.

d.    Orang Tua, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk mengarahkan anak-anaknya belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya, sehingga dihasilkan siswa yang unggul dan dapat diandalkan.


B.    TINJAUAN PUSTAKA


1.    Prestasi Belajar 

Proses belajar mengajar di sekolah bersifat sangat kompleks, karena di dalamnya terdapat aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis. Aspek pedagogis merujuk pada kenyataan bahwa belajar mengajar di sekolah terutama di sekolah dasar berlangsung dalam lingkungan pendidikan dimana guru harus mendampingi siswa dalam perkembangannya menuju kedewasaan, melalui proses belajar mengajar di dalam kelas. Aspek psikologis merujuk pada kenyataan bahwa siswa yang belajar di sekolah memiliki kondisi fisik dan psikologis yang berbeda-beda. Selain itu, aspek psikologis merujuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri sangat bervariasi, misainya: ada belajar materi yang mengandung aspek hafalan, ada belajar keterampilan motorik, ada belajar konsep, ada belajar sikap dan seterusnya. Adanya kemajemukan ini menyebabkan cara siswa belajar harus berbeda-beda pula, sesuai dengan jenis belajar yang sedang berlangsung. Aspek didaktis merujuk pada. pengaturan belajar siswa oleh tenaga. pengajar. Dalam hal inipun, ada. berbagai prosedur didaktis. Berbagai cara mengelompokkan, dan beraneka macam media pengajaran. Guru harus menentukan metode yang paling efektif untuk proses belajar mengajar tertentu sesuai dengan tujuan instruksional. yang harus dicapai. Demikian pula dengan kondisi eksternal belajar yang harus diciptakan oleh pengajar, sangat bervariasi.

Dilihat dari sisi ini, terlihat betapa pentingnya kedudukan guru dalam proses belajar mengajar. Prestasi anak didik dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan adalah faktor guru (Acc Suryadi, Hartilaar, 1993, hal.1 11).

Dalam hal ini guru sangat berperan dalam menentukan cara yang dianggap efektif untuk membelajarkan siswa, baik di sekolah maupun di luar jam sekolah, misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah. Ketidakpedulian guru terhadap pembelajaran siswa akan membawa kernerosotan bagi perkembangan siswa. Guru yang sering memberikan latihan-latihan dalam rangka pemahaman materi akan menghasilkan siswa yang lebih baik bila dibandingkan dengan guru yang hanya sekedar menjelaskan dan tidak memberi tindak lanjut secara kontinu. Dengan kata lain, prestasi belajar siswa sangat ditentukan oleh cara mengajar guru yang akan menciptakan kebiasaan belajar pada. siswa. Cara atau  kebiasaan belajar banyak diartikan sebagai bentuk belajar atau tipe belajar. Esensi istilah tersebut adalah suatu perbuatan belajar, yaitu tingkah laku individu-individu pada proses belajar. Kebiasaan merupakan suatu cara bertindak yang telah dikuasai yang bersifat tahan uji (persistent) (Witherington, 1986, hal. 13). Kebiasaan biasanya tejadi tanpa disertai kesadaran pada pihak yang memiliki kebiasaan itu. Jenis bentuk belajar menurut Van Parreren (dalam Winkel, 1996) meliputi: (1) Otomatisme, yaitu terutama meliputi belajar keterampilan motorik, tetapi kadang dapat juga belajar kognitif, (2) Insidental, yaitu siswa belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk mempelajari hal tertentu, khususnya yang bersifat pengetahuan mengenai fakta atau data, (3) Menghafal, yaitu orang menanarnkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat direproduksi kembali, (4) Belajar pengetahuan, adalah orang mulai mengetahui berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang, (5) Belajar arti kata-kata, adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan, (6) Belajar konsep, yaitu orang mengadakan abstraksi yaitu dalam obyek-obyek yang meliputi benda, kejadian dan orang, (7) Belajar memecahkan problem melalui pengamatan, yaitu orang dihadapkan pada problem yang harus dipecahkan dengan mengamati baik-baik dan (8) Belajar berpikir, yaitu orang juga dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan, namun dipecahkan melalui operasi mental.

Selain itu, faktor yang sangat menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi siswa itu sendiri untuk berprestasi. Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi prestasi belajar yang dicapainya rendah, akibat kemampuan intelektual yang dimilikinya tidak/kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya. Motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan (Donald dalam Wasty Sumanto, 1998 hal. 203). Motivasi merupakan bagian dari belajar. Dari pengertian motivasi tersebut tampak tiga hal, yaitu:

(1) motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang, (2) motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif yang kadang tampak dan kadang sulit diamati, (3) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Siswa akan berusaha sekuat tenaga apabila dia memiliki motivasi yang besar untuk mencapai tujuan belajar. Siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh tanpa dipaksa, bila memiliki motivasi yang besar; yang dengan demikian diharapkan akan mencapai prestasi yang tinggi. Adanya motivasi berprestasi yang tinggi dalam diri siswa merupakan syarat agar siswa terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mengatasi berbagai kesulitan belajar yang dihadapinya, dan lebih lanjut siswa akan sanggup untuk belajar sendiri.


2.    Kemampuan Awal

Penyusunan program pembelajaran yang baik memerlukan dua macam informasi, yaitu : (a) tujuan pembelajaran khusus. (b) kemampuan awal dan karakteristik siswa. Tujuan pembelajaran khusus adalah kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa manakala ia telah selesai mengikuti suatu program pembelajaran. Menurut Abdul Gafur [1980,57], kemampuan awal dan karakteristik siswa adalah “Pengetahuan dan keterampilan yang relevan, termasuk di dalamnya  latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah ia miliki pada saat akan mengikuti suatu program pembelajaran”.

Setiap siswa telah mempunyai berbagai pengalaman, kondisi dan potensi sewaktu  memasuki  situasi  belajar.  Ia  telah  memiliki  sikap-sikap  dan   intelegensi tertentu serta pengalaman belajar sebelumnya di dalam maupun di luar sekolah. Semuanya ini merupakan  latar  belakang  ataupun karakteristik siswa. Pengetahuan atau  kemampuan yang telah dimiliki siswa yang berhubungan dengan pelajaran yang akan diikutinya memegang peranan amat penting dalam proses belajar mengajar di sekolah. Informasi ini perlu diketahui guru, sebab dengan hal itu guru dapat merancang  dan  mendesain model pembelajaran secara tepat dan berarti. Untuk dapat merancang pembelajaran yang efektif, seorang  guru harus mampu mengidentifikasi keterampilan awal siswa yang dibutuhkan sehingga mempunyai implikasi pada perencanaan model pembelajaran. Oleh sebab itu,  mengenali tingkah laku masukan (siswa) dan ciri-ciri siswa merupakan langkah awal yang sangat penting untuk dilakukan dan berguna untuk memperjelas sasaran dalam pembelajaran.

Sehubungan dengan hal tersebut Cecco mengemukakan bahwa kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sebelum memulai pelajaran baru, mempunyai pengaruh pada kemampuan siswa untuk memahami materi pelajaran yang akan dihadapinya. Hal ini terjadi kalau antara “Kemampuan awal dan materi pelajaran baru menunjukkan adanya relevansi, terutama kalau pengetahuan awal tersebut merupakan pengetahuan persyaratan terhadap pelajaran berikutnya”.

Pengaruh ini nampak dalam pemantauan hasil belajar siswa dalam jangka waktu tertentu. Sebab pada umumnya hasil belajar siswa yang dicantumkan sebagai nilai  rapor  caturwulan  atau semester dalam suatu bidang studi tertentu menunjukkan perkembangan hasil belajar dalam satu, dua atau tiga tahun berikutnya. Dengan demikian, prilaku kemampuan awal mempunyai dua karakteristik, yaitu : (1) sebagai prasyarat belajar untuk menghadapi pelajaran berikutnya, dan (2) mempunyai hubungan dengan hasil belajar dalam materi dan tugas-tugas pembelajaran berikutnya.

Pernyataan di atas, berkaitan dengan pendapat Sudjana yang menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan fator dari luar atau lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai.

Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan  disadarinya.  Siswa  harus  merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi.  Ia harus berusaha mengerahkan segala daya untuk dapat mencapainya. Selain itu, hasil yang dapat diraih masih juga bergantung dari lingkungan. Artinya ada faktor-faktor yang berada di luar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Yang paling dominan adalah kualitas pembelajaran, sebab hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pembelajaran. Dengan demikian, hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas  pembelajaran.   Pendapat  ini  sesuai  dengan  teori belajar (Theori of School Learning) dari Bloom yang mengatakan bahwa ada tiga variabel utama dalam teori belajar di sekolah, yaitu : karakteristik individu, kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dalam kegiatan belajar,  lebih  banyak  memerlukan  aktivitas  siswa sehingga kualitas masukan (keadaan awal siswa) itu sangat menentukan kualitas keluarannya (hasil belajar  siswa).  Artinya, bagaimanapun  baiknya  alat  pemerosesan  jika  kualitas masukannya rendah untuk mengikuti suatu program pembelajaran maka diperlukan adanya pengenalan kemampuan awal siswa.

Menurut teori konvergensi  yang dikemukakan oleh Williams Stern yang dikutip Shalahudin menyatakan bahwa “Manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan dasar yang baik atau sebaliknya. Perkembangan selanjutnya adalah hasil kerjasama antara dua faktor yaitu faktor internal (fotensi hereditas) dan faktor eksternal (lingkungan pendidikan)”.

Dari pernyataannya tersebut jelas bahwa siswa memiliki kemampuan dasar  yang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal (hereditas) dan faktor ekternal (lingkungan pendidikan). Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan awal  siswa yaitu apabila siswa mempunyai kemampuan dasar yang baik maka perkembangan selanjutnya akan mengarah kepada keberhasilan, apabila hal ini dianalogikan terhadap proses belajar-mengajar maka dengan adanya kemampuan awal matematika yang baik maka akan memperoleh hasil  yang baik pula. Untuk mendapatkan prestasi belajar matematika yang baik maka kemampuan awal  matematika siswa juga harus baik. Kemampuan awal matematika yang dimiliki siswa dapat dikatakan baik apabila telah dilakukan evaluasi (penilaian).  Dalam   penelitian  ini   kemampuan  awal   yang dimaksudkan adalah Nilai Ujian Akhir murni di SD, karena SD merupakan jenjang pendidikan dasar, yang merupakan bekal awal untuk melanjutkan kejenjang pendidikan menengah dalam hal ini SMP. Nilai Ujian Akhir SD digunakan sebagai dasar kemampuan awal matematika, karena sesuai dengan pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah , dijelaskan bahwa ;

Pendidikan dasar yang diselenggarakan di sekolah menengah atas (SMA) bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan lanjutan yang merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di SLTP yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan hidupnya sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa SMP  yang merupakan sekolah lanjutan setelah siswa menyelesaikan pendidikan dasar 6 tahun, hal tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk mensukseskan wajib belajar 9 tahun yang salah satu jenjangnya adalah pendidikan SMP dengan tujuan untuk memberi bekal kemampuan dasar (awal) untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah.


3.    Kebijakan Sekolah Gratis

Sekolah gratis merupakan kebijakan pemerintah dalam hal membebaskan seluruh biaya pendidikan bagi rakyat, dalam hal ini beban pendidikan tersebut ditanggung oleh anggaran pemerintah. Sekolah gratis mulai diterapkan mula-mula untuk siswa SD dan akhirnya meningkatkan untuk siswa SMP dan SMA. Kebijakan sekolah gratis mulai diterapkan di SMP sejak tahun pelajaran 2004/2005, sedangkan di SD sudah dilaksanakan lebih dahulu.


4.    Kerangka Berpikir 

Sekolah Gratis merupakan sebuah kebijakan yang dilandasi kepedulian pemerintah terhadap nasib rakyat Indonesia. Masih banyaknya rakyat Indonesia yang terkurung dalam kebodohan membuat pemerintah mengambil langkah strategis yaitu sekolah gratis. Hal ini perlu diwaspadai, tidak ada pendidikan yang gratis. Sekolah gratis artinya masyarakat tidak perlu membayar biayanya, tetapi yang membayar adalah pemerintah.

Melihat fenomena masyarakat tidak terbebani sedikitpun untuk mengakses pendidikan, tidak jarang masyarakat tidak termotivasi untuk belajar dan berusaha memanfaatkan peluang yang ada. Kecenderungan ini kadang berimbas pada prestasi belajar siswa, artinya mereka yang bersekolah gratis memiliki kecenderungan masa bodoh dan enggan berusaha.

Dari uraian di atas, peneliti melihat bahwa kebijakan sekolah gratis justru berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar siswa. Artinya, dengan pelaksanaan sekolah gratis, prestasi belajar siswa justru akan semakin turun.


C.    METODE PENELITIAN


1.    Tujuan Penelitian

a.    Untuk menemukan seberapa besar pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa sebelum kebijakan sekolah gratis dijalankan.

b.    Untuk menemukan seberapa besar pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa sesudah kebijakan sekolah gratis dijalankan.

c.    Untuk menemukan perbedaan prestasi belajar siswa sebelum dan susudah kebijakan sekolah gratis dijalankan.


2.    Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei expose-facto, yaitu penelitian yang digunakan untuk memperoleh suatu fakta tentang gejala atau permasalahan yang timbul dengan membandingkan kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan antar masing-masing variabel yang ada dalam penelitian ini.

Adapun desain penelitian/konstelasi masalah dapat digambarkan sebagai berikut:

                                                 A1               A2

                                                 X >Y           X>Y

A    =  pemberlakuan kebijakan sekolah gratis, yang terbagi atas kategori:

A1    =  sebelum pemberlakukan sekolah gratis

A2    =  setelah pemberlakukan sekolah gratis

X    =  kemampuan awal siswa

Y    =  prestasi belajar siswa


Data yang akan digunakan dalam penelitian ini bersumber dari GURU/KEPALA SEKOLAH dan atau DINAS PENDIDIKAN setempat, yaitu dengan cara meminta hasil kemampuan awal siswa (dalam bentuk Nilai Ujian Akhir SD atau nilai seleksi masuk SMP) dan meminta data prestasi belajar seluruh siswa melalui Legger yang dimiliki oleh setiap guru.

Setelah data didapatkan akan dilakukan uji persyaratan analisis data, yaitu uji normalitas (menggunakan kosmogorov smirnov, untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak), uji homogenitas dan uji linieritas (untuk menguji linieritas regresi).

Teknik analisa data pengujian hipotesis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan mengontrol kovariabel (kemampuan awal) menggunakan teknik ANKOVA (Analisis Kovariat).


DAFTAR PUSTAKA


Harold G. Shane, Arti Pendidikan Bagi Masa Depan (____, ____, 2002)

Arikunto, Suharsimi, 1993, Manajemen Penelitian, (Jakarta, Rineka Cipta)

Gulo, W., 2005, Strategi Belajar Mengajar Cet ke 3 (Jakarta, Grasindo)

Hamalik, Oemar, 2004, Proses Belajar Mengajar (Jakarta, Bumi Aksara)

Lubis, Zulkifli, 1998, Teori Belajar (Jakarta, STKIP Wijaya Bakti)

Purwanto, M. Ngalim, 1992, Psikologi Pendidikan (Bandung, Remaja Rosda Karya)

Riduwan, 2005, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula (Bandung, Alfabeta)

Sudjana, Nana, 2004, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar cet. ke 9 (Bandung, Remaja Rosda Karya)

Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Administrasi (Bandung, Alfabeta)

Winkel, W.S., 1996, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Pendidikan (Jakarta, Gramedia)

Suryabrata, Sumadi; 2004, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada



Lampiran


JADWAL PENELITIAN


Penelitian ini akan memakan waktu 3 bulan, dengan jadwal sebagai berikut :



No    Deskripsi Kegiatan                                       Bulan ke-1    Bulan ke-2    Bulan ke-3

                                                                             1 2  3   4          1 2 3 4          1 2 3 4

1    Pengajuan Judul Penelitian                                * *

2    Studi Pendahuluan                                            * * *

3    Perancangan Instrumen Penelitian                            * *

4    Pengumpulan Data                                                                    * * * *  

5    Pengolahan Data                                                                           * * *         *                

6    Ringkasan Eksekutif                                                                                       *

     (Executive Summary)                                 

7    Seminar Hasil Penelitian                                                                                   *                        

8    Penulisan Laporan Penelitian                                                                               * *

9    Penggandaan Laporan Penelitian                                                                            *                      


PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

Persiapan dan Pengumpulan Data

1.    Survey Pendahuluan                                        Rp.       500.000,-

2.    Perizinan Penelitian                                          Rp.    1.000.000,-

3.     Pembahasan Awal dan Pengumpulan Data Awal

      a.     Honor Peneliti            Rp.    1.000.000,-

      b.     Tenaga Lapangan       Rp.       500.000,-

      c.     Transportasi               Rp.       700.000,-

Subtotal A                               Rp.    3.700.000,-


Operasional Lapangan

           1.     Honor Peneliti                 Rp.    2.000.000,-

           2.     Staf Administrasi             Rp.       500.000,-

           3.    Tenaga Lapangan             Rp.    1.000.000,-

           4.    Transportasi                     Rp.    1.000.000,-

Subtotal B                               Rp.    4.500.000,-


Penyusunan Laporan Hasil Penelitian

1.     Menyusun Laporan Akhir             Rp.    1.000.000,-

2.     Penggandaan Laporan Akhir         Rp.       300.000,-

Subtotal C                                            Rp.    1.300.000,-


TOTAL A + B + C                               Rp.    9.500.000,-    

- See more at: http://erick-kesepian.blogspot.com/2012/03/proposal-penelitian-tentang-pendidikan.html#sthash.YIDLxtF0.dpuf

Rabu, 23 Oktober 2013

ABSTRAKSI

ABSTRAKSI



 Inggris: abitraction. Kata ini berasal dari bahasa Latin abstractio (dari abstrabere = .. menarik dari"). Kata abstractio dapat disejajarkan dengan kata Yunani aphairesis. Secara harfiah abstraksi berarti memisahkan suatu bagian dari suatu keseluruhan.      
Pengertian Umum
           Abstraksi merupakan sebuah proses yang ditempuh pikiran untuk sampai pada konsep yang bersifat universal. Proses ini berangkat dari pengetahuan mengenai obyek individual yang bersifat spasiotemporal (ruang dan waktu). Pikiran melepaskan sifat individual dari obyek dan membentuk konsep universal.
           Beberapa Pengertian Khusus :
1. Sesuatu yang dilihat tidak mengacu kepada obyek atau peristiwa khusus. Abstraksi menyajikan secara simbolis atau secara konseptual serta secara imajinatif sesuatu yang tidak dialami secara langsung atau konkret.
1.     Hasil akhir dari proses abstraksi. Dengan proses itu kualitas atau relasi atau ciri dari suatu keseluruhan dipisahkan sebagai ide dari keseluruhan itu.
2.     Dalam logika tradisional : proses menghasilkan konsep universal dari obyek partikular. Misalnya konsep "manusia" diangkat dari pria dan wanita yang merupakan obyek partikular.
3.     Aspek atau bentuk kognisi yang secara mental menyendirikan ciri-ciri obyek itu dari yang lain. Baik proses maupun hasil dari penyendirian tersebut disebut abstraksi.

Pandangan Beberapa Filsafat
1. Dalam filsafat Aristotelian dan Skolastik abstraksi adalah proses yang memungkinkan ide-ide universal dijadikan milik pikiran. Pikiran menerima sebuah data inderawi atau fantasma dan menarik keluar bentuknya (forma) yang dengan demikian, menyediakan sesuatu yang universal bagi penggunaan intelektual. Aristoteles mengolah pengertian abstraksi dalam filsafat kemudian pengertian itu diolah lagi oleh Boethius menjadi tiga macam abstraksi yang diterima oleh para pemikir Abad Pertengahan.

Tiga abstraksi :
a) abstraksi fisik, yakni melepaskan ciri individual, tetapi bukan dari kemungkinan dapat diinderai.
b) abstraksi matematik, yakni abstraksi yang melepaskan sifat dapat diinderai dari obyek, tetapi tidak melepaskan segi kerentangan (ekstensi yang dapat diukur).
c) abstraksi metafisik, yakni abstraksi yang melepaskan semuanya termasuk unsur kerentangan untuk sampai kepada yang-ada sebagai yang-ada.
1.     Bagi Locke, seorang empiris, abstraksi terjadi dengan menarik keluar apa yang umum bagi sekelompok hal individual, atas dasar perbandingan antara kesamaan dan perbedaan.
2.     Dalam logika dan matematika kontemporer, abstraksi merupakan nama untuk operasi variabel yang menghasilkan sebuah fungsi.
Jenis Abstraksi
Secara klasik dibedakan dua jenis abtraksi.
1.     Abstraksi total. Ini merupakan abstraksi yang universal dari yang partikular. Misalnya, abstraksi konsep universal "manusia" dari manusia khusus. Disebut total karena hasilnya selalu merupakan suatu keseluruhan, yakni suatu gabungan atau campuran yang terjadi karena suatu subyek dan suatu "bentuk". Misalnya, manusia adalah suatu subyek yang mempunyai kodrat manusiawi.
2.     Abstraksi formal. Ini merupakan abstraksi "bentuk" dari subyek. Misalnya, abstraksi "kemanusiaan" dari manusia-manusia konkret atau gerak dari benda-benda yang bergerak.

  Abstraksi adalah suatu deskripsi dari suatu masalah pada level generalisasi tertentu, sehingga memungkinkan kita untuk berkonsentrasi pada aspek kunci dari masalah tersebut tanpa memperhatikan hal-hal detail.

Abstraksi dapat membantu kita untuk fokus pada hal-hal penting dari suatu masalah.

Abstraksi melibatkan pengidentifikasian kelas-kelas (classes) dari suatu object, sehingga memungkinkan kita menggroupkannya. Dengan cara tersebut kita bekerja dengan sedikit parameter/variabel dari kelas-kelas yang ditinjau.

Contoh :
  • Monitoring : berbagai macam sistem monitoring
  • Ban sepeda : sepeda balap, sepeda gunung
  • Mobil : sedan, jeep, wagon, truk, dll

Tingkatan Abstraksi

·         Abstraksi Fungsional
Komponen mengimplementasikan satu fungsi, misalnya fungsi matematika. Pada intinya interface merupakan fungsi itu sendiri.

·         Pengelompokkan Kasual
Komponen merupakan sekumpulan entitas yang berhubungan longgar (loosely related) yang mungkin berupa deklarasi data, fungsi, dsb. Interface terdiri dari nama semua entitas pada pengelompokan tersebut.

·         Abstraksi Data
Komponen merepresentasikan abstraksi data atau kelas perangkat lunak bahasa berorientasi obyek. Interface terdiri dari operasi untuk membuat, memodifikasi dan mengakses abstraksi data.

·         Abstraksi Cluster
Komponen merupakan sekumpulan kelas yang berhubungan yang bekerja sama. Kelas-kelas ini kadang-kadang dinamakan kerangka kerja. Interface merupakan komposisi semua interface dari obyek-obyek yang membangun kerangka kerja tersebut.

·         Abstraksi System
Komponen merupakan system yang sepenuhnya berdiri sendiri. Pemakaian ulang abstraksi tingkat system kadangkala disebut pemakaian ulang produk cost. Interface adalah apa yang disebut API (Aplication Programming Interface) yang didefinisikan untuk memungkinkan program mengakses command dan operasi.
                   
Referensi :                                                      



PERANAN BAHASA INDONESIA DALAM PENULISAN ILMIAH

PERANAN BAHASA INDONESIA DALAM PENULISAN ILMIAH
   Teknik Menulis Ilmiah

  Bahasa Indonesia dalam tulisan ilmiah mempunyai fungsi yang sangat penting, karena bahasa merupakan media pengungkap gagasan penulis. Bahasa yang digunakan dalam tulisan ilmiah adalah Bahasa Indonesia ilmiah.
  Bahasa Indonesia yang digunakan didalam tulisan ilmiah ternyata tidak selalu baku dan benar, banyak kesalahan sering muncul dalam tulisan ilmiah.
Bahasa Tulis Ilmiah
Bahasa tulis ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis
dan ragam bahasa ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :
(1) Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat.
(2) Pembentukan kata dilakukan secara sempurna.
(3) Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap.
(4) Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu.
Ciri Ragam Bahasa Ilmiah :
CENDEKIA, LUGAS, JELAS, FORMAL, OBYEKTIF, KONSISTEN,
BERTOLAK DARI GAGASAN, SERTA RINGKAS DAN PADAT.
Teknik Menulis Ilmiah
Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat
formal. Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat
dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata, dan kalimat.
Kata Formal : wanita, daripada, hanya, membuat, dipikiran, bagaimana, matahari
Kata Non-formal : Wanita, Ketimbang, Cuma, Bikin, Dipikirin, Gimana, Mentari
Kata Ilmiah Teknis : Modern, Alibi, Argumen, Informasi, Sinopsis, Urine
Kata Ilmiah Populer : Maju, Alasan, Bukti, Keterangan, Ringkasan, Air kencing
Bentukan Kata bernada
Formal : Menulis, Mendengarkan, Mencuci, Bagaimana, Mendapat, Tertabrak, Pengesahan
Non-formal : Nulis, Dengarkan, Nyuci, Gimana, Dapat, Ketabrak, Legalisir
Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh:
(1) kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat)
(2) ketepatan penggunaan ata fungsi atau kata tugas
(3) kebernalaran isi
(4) tampilan esei formal.
Sebuah kalimat dalam tulisan ilmiah setidak-tidaknya memiliki subyek dan predikat.
Teknik Menulis Ilmiah
Obyektif
Sifat obyektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak, tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata.
Contoh:
Daun tanaman kedelai yang mengalami khlorosis kiranya disebabkan oleh kekurangan unsur nitrogen.
________________________________________
Teknik Menulis Ilmiah
Konsisten
Unsur bahasa, tanda baca, dan istilah, sekali digunakan
sesuai dengan kaidah maka untuk selanjutnya digunakan secara
konsisten.
Contoh:
Untuk mengatasi bahaya kelaparan pada musim kemarau 2001, masyarakat dihimbau untuk menghemat penggunaan beras dengan sistem diversifikasi pangan dan menggalakan kembali
lumbung desa.
Bertolak dari Gagasan
Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
Contoh:
Penulis menyimpulkan bahwa hifa cendawan pembentuk mikoriza yang berasosiasi dengan akar tanaman mampu membantu tanaman untuk menyerap unsur hara fosfor dan nitrogen.
Kesalahan Umum Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Tulisan Ilmiah
Kesalahan pemakaian bahasa Indonesia dalam tulisan ilmiah pada umumnya berkaitan dengan:
(1) kesalahan penalaran,
(2) kerancuan
(3) pemborosan
(4) ketidaklengkapan kalimat,
(5) kesalahan kalimat pasif
(6) kesalahan ejaan, dan
(7) kesalahan pengembangan paragraf.
Kesalahan Penalaran
Kesalahan penalaran yang umum terjadi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kesalahan penalaran intra-kalimat dan antar-kalimat.
Contoh:
Kegiatan penelitian di bidang ilmu hortikultur akan meningkatkan kesadaran mahasiswa akan
pentingnya persatuan dan kesatuan.
Kerancuan
Kerancuan terjadi karena penerapan dua kaidah atau lebih. Kerancuan dapat dipilah atas kerancuan bentukan kata dan kerancuan kalimat.
Contoh:
Memperlihatkan dari melihatkan dan memperlihat Memperdengarkan dari mendengarkan dan memperdengar Memperdebatkan dari memperdebat dan mendebatkan Memperjadikan dari menjadikan dan memperjadi Memperlebarkan dari melebarkan dan memperlebar Mempertinggikan dari mempertinggi dan meninggikan dan lain sebagainya dari dan lain-lain serta dan sebagainya
Pemborosan
Pemborosan terjadi apabila terdapat unsur yang tidak berguna dalam penggunaan bahasa.
Contoh:
Parameter percobaan yang digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan terdiri dari dua parameter, yaitu parameter utama dan parameter penunjang.
Ketidaklengkapan Kalimat
Sebuah kalimat dikatakan lengkap apabila setidak-tidaknya mempunyai pokok (subyek) dan penjelas (predikat).
Contoh:
Penelitian yang dilakukan menghasilkan teknologi baru tentang sistem pertanian organik.
Kesalahan Kalimat Pasif
Kesalahan pembentukan kalimat pasif yang sering dilakukan oleh penulis karya tulis ilmiah adalah kesalahan pembentukan kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif intransitif.
Contoh:
Berbagai kesalahan departemen teknis dalam kuartal pertama tahun 2001 berhasil diungkap melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan.
Pertanyaan yang dapat diajukan adalah siapa yang berhasil ? Benarkah yang berhasil adalah berbagai kesalahan departemen teknis ?
Kesalahan Ejaan
Bahasa Indonesia telah mempunyai kaidah penulisan (ejaan) yang telah dibakukan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau lebih dikenal dengan istilah EYD.
Pemisahan kata yang tidak dapat berdiri sendiri :
Salah : Pasca Sarjana, Pasca Panen, Usaha Tani.
Benar : Pascasarjana, Pascapanen, Usahatani.
Gabungan kata yang mungkin menimbulkan salah
penafsiran :
Salah Penafsiran : Alat pandang dengar, Bersama anak isteri, Buku sejarah baru
Benar : Alat pandang-dengar, Bersama anak-isteri, Buku sejarah-baru
Kata jadian berimbuhan gabung depan dan belakang ditulis serangkai :
Kurang benar : Memberi tahukan, Dilipat gandakan, Dinon-aktifkan
Benar : Memberitahukan, Dilipatgandakan, Dinonaktifkan
Teknik Menulis Ilmiah
Penggunaan huruf kapital pada huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa; berbeda dengan pada huruf pertama yang menunjuk tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah
Kurang benar : Bangsa Indonesia, Suku Madura
Benar : bangsa Indonesia, suku Madura
Bedakan dengan :
hari Kartini — Hari Kartini
hari Raya Idhul Fitri — Hari Raya Idhul Fitri
Kata hubung antar kalimat
Kurang benar : Oleh sebab itu kami…, Namun hal itu…, Untuk itu saudara…
Benar : Oleh sebab itu, kami ……… , Namun, hal itu ……….. , Untuk itu, saudara ……..
Penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu kata atau dua kata
Kurang benar : Menonton 3 kali, Tigaratus ekor ayam, ½ bagian keuntungan
Benar : Menonton tiga kali, 300 ekor ayam, Setengah bagian keuntungan
Penulisan lambang bilangan dan singkatan pada
awal kalimat
Kurang benar : 15 orang berhasil, 250 orang tamu
Benar : Limabelas orang berhasil, Duaratus limapuluh orang tamu
Penulisan unsur serapan
Bahasa asli : Analisis, Chromosome, Technique, Quality.
Kurang benar : Analisa, Khromosom, Tehnik, Kwalitas.
Benar : Analisis, Kromosom, Teknik, Kualitas.
Referensi :